Gempa Bumi di Busan, Korea Selatan
“Hey, mengapa kau menangis?” tanya sang
relawan muda yang bernama Raka
Anak itu pun tidak
menjawab akantetapi tangisnya semakin menjadi ketika ditatap oleh relawan ini.
Relawan ini pun semakin bingung, ia melihat raut muka polos dan pucat anak ini
ketika sedang menangis, dan ia dapat menebak bahwa mungkin ia sudah kehilangan
harta benda ataupun keluarga akibat bencana ini. Dengan mengusap kepala anak
tersebut ia pun perlahan mulai bertanya kepada anak tersebut
“Namaku
Raka, aku relawan asal Indonesia. Siapa namamu, dik?”
tanyanya lembut
“Jeon Jungkook..
Jungkook,”jawabnya, memperkenalkan diri dengan suara parau. Matanya tampak sembab.
Baru saja Raka akan
menanyakan tentang mengapa anak yang bernama Jungkook ini sendirian, tetapi
anak bermaga Jeon ini menangis kembali ketika melihat kalung berliontin biru
disebelah truk penyelamatan. Jungkook pun berlari mengambil kalung itu dan ia
menerikan salah satu nama perempuan, aku pun ikut berlari mengikuti anak
tersebut, kembali aku mengusap pucuk kepala anak itu dan perlahan aku kembali bertanya
“Apaada
yang bisa kakak bantu? Ceritakanlah semua kepada
kakak, sebisa
mungkin kakak akan membantumu, kakak berjanji,” tanyanya sambil menjulurkan
jari kelingkingnya.
Bukannya menjawab
pertanyaan dari Raka anak itu malah menangis dipelukan Raka, walaupun Raka
terlihat sedikit jengkel dengan anak ini, tetapi ia juga merasa iba. Di dalam pikirannya, ia memikirkan bahwa anak ini pasti telah kelihangan
keluarga yang ia sangat cintai.
Hening, isakan
tangis anak itu berkurang dan ia mendongakkan kepalanya kearah Raka. Raka pun
sedikit terkejut dan rupanya anak itu ingin menceritakan semua kepada Raka.
“Maaf
sebelumnya kak, aku terlalu sedih dengan gempa ini yang berhasil merenggut
nyawa kedua orang tuaku, aku sedih, aku bingung, sekarang aku harus mencari
adikku kak,” ceritanya dengan suara parau dan serak akibat
isakan tangisnya tadi.
“mungkin aku bisa
membantumu,” jawabku penuh dengan antusias, dan dapat kulihat
dimata anak ini terpancar sedikit kebahagiaan akibat jawabanku tadi. Tetapi
selang beberapa detik dari jawabanku tadi terdengar pengumuman yang berasal
dari ketua relawan.
“evakuasi akan dilanjut 2
hari dari sekarang, dikarenakan prediksi gempa susulan mungkin akan terjadi,
bagi para relawan harap membantu para korban selamat untuk menaiki truk-truk
penyelamatan dikarenakan jam 22:00 seluruh truk penyelamatan akan berangkat
menuju Seoul Hospital”
Pengumuman tadi
sukses membuat aku dan Jungkook saling bertatapan, dan Jungkook
pun mengelengkan kepelanya sambil melihat kalung berlionting biru yang ia
pegang. Merasa iba aku melepaskan pelukan Jungkook dan berlari munuju tenda
penyelamatan dan disana terdapat ketua relawan yang mengumumkan pengumuman tadi.
“Kepala
relawan, apakah pengumuman tadi itu benar?” tanyaku kepada seorang
bertubuh tinggi bermaga Han.
“Ya..
kita harus segera pergi dari sini dikarenakan gempa susulan akan terjadi esok
hari pukul 5 pagi,” jawabnya singkat.
“Bagaimana
dengan korban selamat yang belum terevakuasi?”tanyaku dengan menaikan nada
bicaraku
“Kita
akan melanjut...” aku langsung memotong jawaban dari Tuan Han, aku tau
memanglah aku tidak sopan tetapi aku harus menepati
janjiku terhadap Jungkook.
“Maaf Tuan
Han, aku harus menolong anak kecil yang mencari adiknya, mungkin
aku memang bodoh kalau adiknya tersebut sudah meninggal, tetapi aku melihat kegigihan
anak tersebut dan aku iba terhadapnya. Berikan aku waktu untuk
menolong anak itu Tuan Han!” jelasku dengan nada yang
agak tinggi yang sukses membuat semua korban dan relawan di posko itu melihat
kearah ku dan Tuan Han.
Aku melihat raut
muka Tuan Han yang sedikit memerah. Namun, tak lama
kemudian dia mendekatiku
dan memberikanku sebuah tas. Saat kubuka tas itu, ternyata tas itu berisi peralatan untuk evakuasi.
“Bergegaslah,
aku tak mau disalahkan karena tidak segera menolong nyawa seseorang!”
jawabnya dengan senyuman ikhlas.
Aku memberikan
bungkukkan khas orang Korea kepada Tuan Han dan aku langsung berlari kembali kesebelah
truk dimana tadi aku meninggalkan Jungkook sendirian,
ketika aku sampai di sebelah truk aku heran mengapa tidak ada anak itu disini,
aku memanggil nama Jungkook dan tidak ada jawaban ketika aku melirik kearah kanan
ada pohon besar yang tidak tumbang dan dibawahnya ada Jungkook sedang
mengangkat reruntukan batu sambil terus memanggil nama adiknya yang bernama
Hana. Langsunglah aku menghampiri ia dan kugenggam tangannya, aku tau ia sedikit
terkejut, tapi aku malah memberikan senyuman kepadanya.
“Ayo kita
cari adikmu! Adikmu bernama Hana, bukan?”
Kulihat Jungkook
yang menganggukkan kepalanya diseritai senyuman yang manis ketika kutanya nama
adiknya tersebut, kemudian kulihat dia memakai
kalung berliontin biru yang sebelumnya iya kecup liontinya sambil
menyebutkan nama adiknya kembali.
Aku mendasah pelan
ketika melihat reruntukan rumah yang ada disini, semua sudah rata dengan tanah,
aku sangat iba dengan ini semua, rasanya aku ingin menangis bila melihat
kejadian ini dan menyebabkan aku untuk mengingat masa itu ketika Yogyakarta
dilanda Gempa Bumi, saat itu aku memang sedang berada di Korea tetapi ibuku
tidak selamat akibat gempa itu, aku masih tidak bisa melupakan itu semua, ibu
yang kucinta pergi selama-lamanya disaat aku sedang meraih impianku di Negeri
orang. Tanpa kusadari air mata keluar dari sudut mata ku dan aku mendengar ada
suara memanggil namaku, yang tidak lain adalah Jungkook
“Kak
Raka, mengapa kau terdiam?kau menangis?” tanyanya dengan polos
Jujur aku malu
untuk mejawabnya tetapi yang dikatakan Jungkook itu benar kalau tadi aku
menangis
“aku hanya kelilipan” kelakku dengan tersenyum, tetapi kulihat raut
muka Jungkook yang menyimpan rasa ingin tahu dan ia akhirnya membuka mulutnya.
“Kak, kau dari
Indonesia kan? Mengapa kau menjadi relawan di Korea Selatan?”
tanyanya dengan nada antusias
“Sebenarnya, keberadaanku di Korea bukanlah semata menjadi relawan yang
seutuhnya. Di sini aku bekerja sebagai design interior di Seoul
tetapi setiap ada bencana aku tergerak untuk menjadi relawan,” jawabku sambil mengusap surai hitam Jungkook.
“selain pintar, ternyata kakak juga baik sekali. aku beruntung menemui kakak”tuturnya
polos dan membuatku kembali tersenyum
Sesudah percakapan
pendek itu aku menanyakan letak rumah Jungkook. Sesampainya di rumah Jungkook
aku semakin merasa miris, kondisi rumah itu sudah tak berbentuk, hancur tanpa
sisa. Kuangkat beberapa puing-puing sambil memanggil nama adik Jungkook tetapi
hasilnya nihil, aku hampir putus asa dengan semua ini tetapi ketika aku melihat
Jungkook yang masih semangat mencari adiknya ku jadi terpacu untuk mencari
dibalik puing yang lain, kami berdua terus membongkar runtukan dan puing satu
persatu tetapi angin kota Busan sangatlah dinging kuyakin bahwa malam ini
suhunya adalah 5 derajat, kulihat Jungkook yang tampak pucat, aku khawatir
dengan keadaannya aku genggam tangannya sangatlah terasa dingin, akhirnya
kulepaskan syal yang ada di leherku dan lilitkan di lehernya, kulihat seyuman
manis yang terlukis dibibir tipis Jungkook.
“kau bagaikan
malaikat”
Tuturan Jungkook
sukses membuatku tersenyum dan mengingat kata terakhir ibuku sebelum aku pergi
ke Korea untuk menjadi Design Interior, aku ingat ketika itu di Jogja sedang
turun hujan dan ibuku membuatkan ku teh manis hangat, lalu ibuku memberikan
syal hasil rajutannya sendiri dan ia berpesan kalau aku harus menjadi lelaki
yang sukses juga harus selalu membantu orang walaupun kau sesibuk apapun
dikarenakan membantu orang itu sangatlah luarbiasa bukan dimata orang yang
terbantu saja tetapi dimata kita dan dimata orang banyak. Dibalik lamunanku
rupanya Jungkook menyimpan banyak pertanyaan, aku tahu ia ingin bertanya
kepadaku mengapa aku banyak melamun tapi pasti ia tidak berani.
Tiba-tiba aku
mendengar suara yang sangat parau juga sangatlah pelan, saat ku perjelas itu
rupanya suara anak kecil dan kuyakin itu adalah anak perempuan, ketika kutatap
Jungkook dia langsung menduga kalau ini adalah adiknya. Kita berdua akhinya
mengikuti sumber suara itu yang semakin lama semakin kecil. Kulihat ada pohon
besar dan puing puing yang beserakan, kuangkat puing itu dan rupanya ada
seorang anak kecil yang meringkuk kesakitan, wajah putihnya dipenuhi banyak
ruam merah dan bibirnya pun menjadi pucat, kulihat Jungkook langsung memeluk
gadis itu dan memakaikan syal yang ia pakai.
Gadis itu menangis ketika puing di
kakinya diangkat dan kulihat kaki kecilnya bersimbah darah dan mempunyai luka
yang sangat serius, melihat itu aku langsung meminta Jungkook untuk membawa
ranselku dan aku gendong adik Jungkook yang bernama Hana, dan langsung kubawa
lari ia ke posko penyelamatan, kulihat ia terus menggerang kesakitan karena
kakinya yang pendarahan tanpa henti, kupercepat lariku dan akhirnya sampai juga
di posko. Ketika kusampai aku langsung disambut Tuan Han dan para perwat yang
siap membantu Hana. Kuletakkan tubuh mungil gadis itu di tempat tidur. Tetapi
aku dan Jungkook disuruh keluar oleh Tuan Han. 10 menit kemudian Tuan Han
keluar dan ia meminta agar aku dan Jungkook masuk, ketika masuk kulihat gadis
itu semakin pucat dan ketika kupegang tangannya sangatlah dingin
“waktunya tak lama”
bisik Tuan Han padaku, aku pertamanya bingung maksud kalimat itu
tetapi aku sadar dan terkejut, aku langsung mengusap kepala Jungkook yang
sedang meminta maaf dan menyemangati adiknya.
“Kau
harus kuat, kak Kookie sudah ada disampingmu. Oh
iya, lihatlah! Ia
adalah Kak Raka, malaikat penyelamat kita,”
Jungkook menyisipkan namaku di percakapannya dengan adiknya itu.
Kulihat adiknya itu
menatapku dengan tatapan yang sangat lemah, tetapi ia memberikan
senyuman yang sangat manis, dengan matanya yang coklat membuat anak ini begitu
cantik dan imut.
“Terima
kasih Kak Raka. Perkenalkan, namaku Hana!” gadis
itu berbicara dengan suara yang sangat parau dan nyaris tidak terdengar. Tetapi
aku masih bisa mendengarnya karena jarak kami sangat
dekat. Aku langsung mengusap pucuk kepala Hana dan menyemangatinya sama seperti
yang Jungkook lakukan.
Tetapi tiba-tiba
kulihat tangan Hana yang sedari tadi digenggam oleh Jungkook pun terjatuh dan
mata Hana pun tertutup kulihat dibibirnya terlukiskan senyuman yang lama-lama
menglihang. Tuan Han langsung mengecek denyut nadi dari tangan dan lehernya dan
tekahir mengecek nafasnya. Jungkook panik dengan kondisi adiknya, tatapi Tuan
Han langsung memeluk Jungkook dan mejelaskan bahwa adiknya sudah bersama ayah
dan ibunya disurga. Mendengar itu Jungkook langsung melepaskan pelukan dari
Tuan Han dan membangunkan adiknya, namun hasilnya nihil. Lalu ia menangis
diserati dengan memanggil nama adiknya, ibunya juga ayahnya. Melihat itu aku
sangat merasa sedih, aku tidak habis pikir Jungkook masih kecil tetapi ia sudah
harus menerima kenyataan bahwa seluruh keluarga yang ia meiliki harus pergi
dalam waktu yang sangat cepat.
Please stay with me!!!
0 komentar:
Posting Komentar