Jumat, 06 Februari 2015

Just One Day





Gempa Bumi di Busan, Korea Selatan

Awan kelabu bergulung di langit senja. Matahari kini mulai mencondong ke arah barat. Terdengar suara hiruk-pikuk orang-orang yang berada di truk penyelamatan yang sembari sibuk membawa tas mereka masing masing. Terlihat seorang anak kecil menyelip di antara kerumunan orang-orang. Berusaha agar bisa menapak kakinya menuju sisi dalam truk. Anak itu kalang-kabut kala melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang menaiki truk tersebut. Saat anak itu naik kedalam truk penyelamatan tangis sang anak pun pecah bercampur dengan suara teriakan salah satu relawan yang berasal dari Indonesia yang kebingungan mengapa anak lelaki sekitar umur 9 tahun ini menangis dengan kencang.

Hey, mengapa kau menangis?” tanya sang relawan muda yang bernama Raka


Anak itu pun tidak menjawab akantetapi tangisnya semakin menjadi ketika ditatap oleh relawan ini. Relawan ini pun semakin bingung, ia melihat raut muka polos dan pucat anak ini ketika sedang menangis, dan ia dapat menebak bahwa mungkin ia sudah kehilangan harta benda ataupun keluarga akibat bencana ini. Dengan mengusap kepala anak tersebut ia pun perlahan mulai bertanya kepada anak tersebut

Namaku Raka, aku relawan asal Indonesia. Siapa namamu, dik?” tanyanya lembut

“Jeon Jungkook.. Jungkook,”jawabnya, memperkenalkan diri dengan suara parau. Matanya tampak sembab.

Baru saja Raka akan menanyakan tentang mengapa anak yang bernama Jungkook ini sendirian, tetapi anak bermaga Jeon ini menangis kembali ketika melihat kalung berliontin biru disebelah truk penyelamatan. Jungkook pun berlari mengambil kalung itu dan ia menerikan salah satu nama perempuan, aku pun ikut berlari mengikuti anak tersebut, kembali aku mengusap pucuk kepala anak itu dan perlahan aku  kembali bertanya

Apaada yang bisa kakak bantu? Ceritakanlah semua kepada kakak, sebisa mungkin kakak akan membantumu, kakak berjanji,” tanyanya sambil menjulurkan jari kelingkingnya.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Raka anak itu malah menangis dipelukan Raka, walaupun Raka terlihat sedikit jengkel dengan anak ini, tetapi ia juga merasa iba. Di dalam pikirannya, ia memikirkan bahwa anak ini pasti telah kelihangan keluarga yang ia sangat cintai.
Hening, isakan tangis anak itu berkurang dan ia mendongakkan kepalanya kearah Raka. Raka pun sedikit terkejut dan rupanya anak itu ingin menceritakan semua kepada Raka.

Maaf sebelumnya kak, aku terlalu sedih dengan gempa ini yang berhasil merenggut nyawa kedua orang tuaku, aku sedih, aku bingung, sekarang aku harus mencari adikku kak,” ceritanya dengan suara parau dan serak akibat isakan tangisnya tadi.

“mungkin aku bisa membantumu,” jawabku penuh dengan antusias, dan dapat kulihat dimata anak ini terpancar sedikit kebahagiaan akibat jawabanku tadi. Tetapi selang beberapa detik dari jawabanku tadi terdengar pengumuman yang berasal dari ketua relawan.

“evakuasi akan dilanjut 2 hari dari sekarang, dikarenakan prediksi gempa susulan mungkin akan terjadi, bagi para relawan harap membantu para korban selamat untuk menaiki truk-truk penyelamatan dikarenakan jam 22:00 seluruh truk penyelamatan akan berangkat menuju Seoul Hospital”
Pengumuman tadi sukses membuat aku dan Jungkook saling bertatapan, dan Jungkook pun mengelengkan kepelanya sambil melihat kalung berlionting biru yang ia pegang. Merasa iba aku melepaskan pelukan Jungkook dan berlari munuju tenda penyelamatan dan disana terdapat ketua relawan yang mengumumkan pengumuman tadi.

Kepala relawan, apakah pengumuman tadi itu benar?” tanyaku kepada seorang bertubuh tinggi bermaga Han.

Ya.. kita harus segera pergi dari sini dikarenakan gempa susulan akan terjadi esok hari pukul 5 pagi,” jawabnya singkat.

Bagaimana dengan korban selamat yang belum terevakuasi?”tanyaku dengan menaikan nada bicaraku

Kita akan melanjut...” aku langsung memotong jawaban dari Tuan Han, aku tau memanglah aku tidak sopan tetapi aku harus menepati janjiku terhadap Jungkook.

Maaf Tuan Han, aku harus menolong anak kecil yang mencari adiknya, mungkin aku memang bodoh kalau adiknya tersebut sudah meninggal, tetapi aku melihat kegigihan anak tersebut dan aku iba terhadapnya. Berikan aku waktu untuk menolong anak itu Tuan Han!” jelasku dengan nada yang agak tinggi yang sukses membuat semua korban dan relawan di posko itu melihat kearah ku dan Tuan Han.
Aku melihat raut muka Tuan Han yang sedikit memerah. Namun, tak lama kemudian dia mendekatiku dan memberikanku sebuah tas. Saat kubuka tas itu, ternyata tas itu berisi peralatan untuk evakuasi.

Bergegaslah, aku tak mau disalahkan karena tidak segera menolong nyawa seseorang!” jawabnya dengan senyuman ikhlas.

Aku memberikan bungkukkan khas orang Korea kepada Tuan Han dan aku langsung berlari kembali kesebelah truk dimana tadi aku meninggalkan Jungkook sendirian, ketika aku sampai di sebelah truk aku heran mengapa tidak ada anak itu disini, aku memanggil nama Jungkook dan tidak ada jawaban ketika aku melirik kearah kanan ada pohon besar yang tidak tumbang dan dibawahnya ada Jungkook sedang mengangkat reruntukan batu sambil terus memanggil nama adiknya yang bernama Hana. Langsunglah aku menghampiri ia dan kugenggam tangannya, aku tau ia sedikit terkejut, tapi aku malah memberikan senyuman kepadanya.

Ayo kita cari adikmu! Adikmu bernama Hana, bukan?”

Kulihat Jungkook yang menganggukkan kepalanya diseritai senyuman yang manis ketika kutanya nama adiknya tersebut, kemudian kulihat dia memakai  kalung berliontin biru yang sebelumnya iya kecup liontinya sambil menyebutkan nama adiknya kembali.

Aku mendasah pelan ketika melihat reruntukan rumah yang ada disini, semua sudah rata dengan tanah, aku sangat iba dengan ini semua, rasanya aku ingin menangis bila melihat kejadian ini dan menyebabkan aku untuk mengingat masa itu ketika Yogyakarta dilanda Gempa Bumi, saat itu aku memang sedang berada di Korea tetapi ibuku tidak selamat akibat gempa itu, aku masih tidak bisa melupakan itu semua, ibu yang kucinta pergi selama-lamanya disaat aku sedang meraih impianku di Negeri orang. Tanpa kusadari air mata keluar dari sudut mata ku dan aku mendengar ada suara memanggil namaku, yang tidak lain adalah Jungkook

Kak Raka, mengapa kau terdiam?kau menangis?” tanyanya dengan polos
Jujur aku malu untuk mejawabnya tetapi yang dikatakan Jungkook itu benar kalau tadi aku menangis 

“aku hanya kelilipan” kelakku dengan tersenyum, tetapi kulihat raut muka Jungkook yang menyimpan rasa ingin tahu dan ia akhirnya membuka mulutnya.

“Kak, kau dari Indonesia kan? Mengapa kau menjadi relawan di Korea Selatan?” tanyanya dengan nada antusias

Sebenarnya, keberadaanku di Korea bukanlah semata menjadi relawan yang seutuhnya. Di sini aku bekerja sebagai design interior di Seoul tetapi setiap ada bencana aku tergerak untuk menjadi relawan,”  jawabku sambil mengusap surai hitam Jungkook.

selain pintar, ternyata kakak juga baik sekali. aku beruntung menemui kakak”tuturnya polos dan membuatku kembali tersenyum

Sesudah percakapan pendek itu aku menanyakan letak rumah Jungkook. Sesampainya di rumah Jungkook aku semakin merasa miris, kondisi rumah itu sudah tak berbentuk, hancur tanpa sisa. Kuangkat beberapa puing-puing sambil memanggil nama adik Jungkook tetapi hasilnya nihil, aku hampir putus asa dengan semua ini tetapi ketika aku melihat Jungkook yang masih semangat mencari adiknya ku jadi terpacu untuk mencari dibalik puing yang lain, kami berdua terus membongkar runtukan dan puing satu persatu tetapi angin kota Busan sangatlah dinging kuyakin bahwa malam ini suhunya adalah 5 derajat, kulihat Jungkook yang tampak pucat, aku khawatir dengan keadaannya aku genggam tangannya sangatlah terasa dingin, akhirnya kulepaskan syal yang ada di leherku dan lilitkan di lehernya, kulihat seyuman manis yang terlukis dibibir tipis Jungkook.

“kau bagaikan malaikat”

Tuturan Jungkook sukses membuatku tersenyum dan mengingat kata terakhir ibuku sebelum aku pergi ke Korea untuk menjadi Design Interior, aku ingat ketika itu di Jogja sedang turun hujan dan ibuku membuatkan ku teh manis hangat, lalu ibuku memberikan syal hasil rajutannya sendiri dan ia berpesan kalau aku harus menjadi lelaki yang sukses juga harus selalu membantu orang walaupun kau sesibuk apapun dikarenakan membantu orang itu sangatlah luarbiasa bukan dimata orang yang terbantu saja tetapi dimata kita dan dimata orang banyak. Dibalik lamunanku rupanya Jungkook menyimpan banyak pertanyaan, aku tahu ia ingin bertanya kepadaku mengapa aku banyak melamun tapi pasti ia tidak berani.

Tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat parau juga sangatlah pelan, saat ku perjelas itu rupanya suara anak kecil dan kuyakin itu adalah anak perempuan, ketika kutatap Jungkook dia langsung menduga kalau ini adalah adiknya. Kita berdua akhinya mengikuti sumber suara itu yang semakin lama semakin kecil. Kulihat ada pohon besar dan puing puing yang beserakan, kuangkat puing itu dan rupanya ada seorang anak kecil yang meringkuk kesakitan, wajah putihnya dipenuhi banyak ruam merah dan bibirnya pun menjadi pucat, kulihat Jungkook langsung memeluk gadis itu dan memakaikan syal yang ia pakai. 

Gadis itu menangis ketika puing di kakinya diangkat dan kulihat kaki kecilnya bersimbah darah dan mempunyai luka yang sangat serius, melihat itu aku langsung meminta Jungkook untuk membawa ranselku dan aku gendong adik Jungkook yang bernama Hana, dan langsung kubawa lari ia ke posko penyelamatan, kulihat ia terus menggerang kesakitan karena kakinya yang pendarahan tanpa henti, kupercepat lariku dan akhirnya sampai juga di posko. Ketika kusampai aku langsung disambut Tuan Han dan para perwat yang siap membantu Hana. Kuletakkan tubuh mungil gadis itu di tempat tidur. Tetapi aku dan Jungkook disuruh keluar oleh Tuan Han. 10 menit kemudian Tuan Han keluar dan ia meminta agar aku dan Jungkook masuk, ketika masuk kulihat gadis itu semakin pucat dan ketika kupegang tangannya sangatlah dingin

“waktunya tak lama” bisik Tuan Han padaku, aku pertamanya bingung maksud kalimat itu tetapi aku sadar dan terkejut, aku langsung mengusap kepala Jungkook yang sedang meminta maaf dan menyemangati adiknya.

Kau harus kuat, kak Kookie sudah ada disampingmu. Oh iya, lihatlah! Ia adalah Kak Raka, malaikat penyelamat kita,” Jungkook menyisipkan namaku di percakapannya dengan adiknya itu.
Kulihat adiknya itu menatapku dengan tatapan yang sangat lemah, tetapi ia memberikan senyuman yang sangat manis, dengan matanya yang coklat membuat anak ini begitu cantik dan imut.

Terima kasih Kak Raka. Perkenalkan, namaku Hana!” gadis itu berbicara dengan suara yang sangat parau dan nyaris tidak terdengar. Tetapi aku masih bisa mendengarnya karena jarak kami sangat dekat. Aku langsung mengusap pucuk kepala Hana dan menyemangatinya sama seperti yang Jungkook lakukan.

Tetapi tiba-tiba kulihat tangan Hana yang sedari tadi digenggam oleh Jungkook pun terjatuh dan mata Hana pun tertutup kulihat dibibirnya terlukiskan senyuman yang lama-lama menglihang. Tuan Han langsung mengecek denyut nadi dari tangan dan lehernya dan tekahir mengecek nafasnya. Jungkook panik dengan kondisi adiknya, tatapi Tuan Han langsung memeluk Jungkook dan mejelaskan bahwa adiknya sudah bersama ayah dan ibunya disurga. Mendengar itu Jungkook langsung melepaskan pelukan dari Tuan Han dan membangunkan adiknya, namun hasilnya nihil. Lalu ia menangis diserati dengan memanggil nama adiknya, ibunya juga ayahnya. Melihat itu aku sangat merasa sedih, aku tidak habis pikir Jungkook masih kecil tetapi ia sudah harus menerima kenyataan bahwa seluruh keluarga yang ia meiliki harus pergi dalam waktu yang sangat cepat.

Please stay with me!!!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Daebak News Template by Ipietoon Cute Blog Design